Probolinggo: Ngangenin!

Ini kota Probolinggo?”
Iya. Kenapa deh?”
Keren ya, kotanya kecil tapi asri. Banyak taman kecil di pinggir jalan.”


Membanggakan. Reaksi tersebut saya dengar ketika salah satu kawan berkunjung ke kota ini. Kota Probolinggo mungkin hanyalah sebuah kota kecil yang menjadi tempat ‘sekedar singgah’ traveler yang menuju Gunung Bromo maupun Bali. Tapi untuk ukuran kota singgah, kota Probolinggo punya banyak hal keren yang tidak bisa ditemukan di manapun. Plus, siapa sih yang bisa menahan godaan untuk tidak berhenti sejenak di kota yang asri ini?

Sudah hampir 4 tahun saya merantau di kota orang, meninggalkan bumi Probolinggo. Semasa SMA, saya merasa hampir mati bosan karena sudah tak sabar melanglang buana keluar dari kota Probolinggo. Tapi ternyata setelah saya kuliah dan bekerja di kota lain, satu hal yang sangat pas untuk menggambarkan Probolinggo: ngangenin! Terutama kulinernya.



Saya sudah mencoba berbagai macam makanan sejenis di kota lain, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kuliner Probolinggo. Mulai dari nasi jagung, bakso, soto, dan lain-lain. Satu yang hanya bisa saya temui di kota ini adalah tahu campur kikil perempatan Brak.

tahu campur kikil Probolinggo

Tahu campur kikil mungkin terinspirasi dari tahu campur Lamongan atau tahu campur Surabaya, bedanya tahu campur kikil milik kota kita disajikan bersama potongan kikil dan tambahan sayur hijau segar seperti sawi atau selada. Lidah saya yang sudah terbiasa menyantap makanan ini menolak makan tahu campur lainnya di kota lain. Karena rasanya memang benar-benar berbeda.
Selain itu ada juga kupang kraton di jalan Pahlawan.

kupang Pahlawan
Rasanya warung ini tidak pernah sepi meskipun menu yang ditawarkan sangat sederhana. Bahkan kalau malam hari kita hanya bisa minum air putih yang tersedia di meja karena pedagang es di sebelah warung kupang tutup. Tapi tidak apa, rasanya tetap nagih!

Semasa SMA saya belum kenal istilah kafe. Saya tidak pernah minum cappuccino ataupun whatever-shake yang disediakan di kafe-kafe kecil di kota besar. Saya dan teman-teman hampir selalu ke warung es Pop-Ice Banda yang ada di daerah Banda.

es campur dan es blender Banda
Porsi es campur dan es blender yang disajikan bahkan cukup untuk diminum bertiga kalau sedang ingin berhemat. Namanya juga anak SMA, maunya berkumpul bersama teman-teman tanpa mengeruk kantong terlalu dalam. Di warung ini juga tersedia berbagai macam kue dan gorengan seperti tahu isi dan ote-ote. Jelas saja banyak pelajar yang betah berkunjung ke mari. Bahkan ketika saya dan teman-teman mengadakan reuni kecil-kecilan pun, tempat ini hampir selalu menjadi kunjungan kami. Seperti kata orang kebanyakan, “masa SMA adalah masa paling bahagia”. And that’s so true. This place brings back so many memories that we don’t want to delete completely from our life, it reminds us our silly conversations that we had back then.

Membicarakan Probolinggo, sepertinya tidak lepas dari mangga.

Mangga dipotong gaya 'untu buto'
Mangga Golek
Dulu saat saya masih kecil, saya pernah bertanya pada Ibu saya mengapa kota ini disebut sebagai kota mangga. Ibu saya setengah bercanda menjawab karena setiap halaman rumah penduduk di Probolinggo pasti ada pohon mangga. Setelah diteliti… ternyata memang benar. Hampir semua pekarangan atau halaman rumah masyarakat Probolinggo ada pohon mangga. Karena itu melihat mangga di kota ini bukanlah hal yang aneh. Terutama mangga jenis manalagi, arum manis, maupun golek. Saya ingat dulu setiap mudik lebaran ke rumah Eyang di Jombang, mangga yang menjadi oleh-oleh kami sering diserbu bahkan diperebutkan oleh keluarga di sana. Almarhumah Eyang Putri saya bahkan pernah menyembunyikan mangga dari Probolinggo supaya tidak segera habis dimakan bersama.

Cukup dengan kuliner dan mangga khas Probolinggo, hal lain yang keren dari Probolinggo adalah tata kotanya. Semua bangunan tertata rapi dan tidak semrawut. Misalnya seperti jalan Suroyo yang berkesan khusus untuk bank, atau jalan Dr Soetomo khusus untuk segala jenis pertokoan mulai dari toserba, toko baju, toko elektronik, toko alat tulis dan kantor, dan sebagainya. Pasar pun ditata apik bersama dengan pertokoan sejenis yang menyediakan bahan kue, alat-alat kelontong, dan sebagainya. Menurut saya itu cara yang jenius, sehingga titik keramaian tidak terpecah belah dan hal ini bisa menghindari macet yang berkepanjangan. Sama halnya dengan alun-alun kota yang bersih dengan paguyuban Pedagang Kaki Lima yang tertata rapi. Hal ini sangat jarang bisa ditemui di kota lain.

Untuk potensi wisata, saya rasa cukup dengan program-program menarik yang sudah berjalan, misalnya dengan MPSS atau Morning on the Panglima Sudirman Street maupun pasar Minggu setiap pagi di alun-alun kota. Pelabuhan Tanjung Tembaga juga menjadi salah satu rujukan ketika ingin bersantai menikmati angin laut. Atau Taman Manula di jalan Soekarno-Hatta yang meskipun kecil, sering ramai dikunjungi untuk sekedar jalan-jalan oleh eyang-eyang, tempat belajar kelompok di luar kelas, maupun tempat anak-anak kecil bermain.


Kalau ada yang meminta saya untuk mendeskripsikan Probolinggo dalam satu kata, hanya satu yang paling cocok: ngangenin!

Comments

  1. Dituturkan dengan apik dan menarik
    -Juri Go Blog-

    ReplyDelete
  2. Kenapa blog ini yang menjadi pilihan Dewan Juri #GoBlog?

    "Jadi begini, kenapa blog ini menang? Karena orisinal. Artinya, isi blognya adalah hasil pengalaman dari si blogger sendiri dan punya keunikan dibanding yang lainnya. Apa itu keunikannya? Mengangkat kuliner. Siapa sih yang ga suka kuliner? Blog ini mampu menjembatani keinginan banyak orang yang pengen makan enak khas Probolinggo tanpa harus jauh-jauh ke Probolinggo. Cukup baca blog ini sudah merasakan sensai dan akhirnya menarik orang untuk berkunjung. Satu lagi, blog ini berani menjual sutu tagline yang mudah diingat. “Ngangenin!,” ujar Yeti Kartikasari, salah satu juri Lomba Blog Pemerintah Kota Probolinggo 2013 kepada Suara Kota.

    ReplyDelete
  3. Thank youuu! I'm flattered. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts