Lewat Agustus


Sudah lewat Agustus ini.
Sudah pergi dengan mudahnya ia.
Tanpa sapaan, tanpa permisi.

"Lho? Kukira kamu tadi sudah pulang?"
"Hehehe. Belum, dek."
"Kok nggethu nemen, ngejar apa sih?"
"Yaaa nggak ngejar apa-apa. Kerja keras aja. Daripada bengong, tidur di kamar, meratapi nasib dan memandangi laba-laba. Kamu kok balik? Ada yang ketinggalan?"
"Dompetku ketinggalan, tadi dari kantin langsung kumasukin laci. Lupa nggak dipindah ke tasku."
"Oh."

Hening.

"Ya udah, aku duluan, ya."
"Oke. See you tomorrow!"

Dia tersenyum.

Tapi besoknya pun mereka tak bertemu. Begitupun besoknya. Besoknya. Dan besoknya lagi.
Hingga datang Agustus, bulan terakhir kali mereka bertemu. Hingga Agustus kembali terlewati.

Andai ia tak kembali mengambil dompetnya.
Mungkin motornya tak perlu terseret licinnya jalan ditempa hujan kala itu.
Mungkin dia tak perlu terburu pulang hingga lupa mengeratkan helmnya.
Mungkin kepalanya tak perlu membentur trotoar pinggir jalan.
Mungkin ia tak akan kehabisan darah.
Mungkin.
Mungkin saja.

Comments

Popular Posts