Review Novel: Divortiare
---
Alexandra Rhea
adalah cewek beruntung yang dikarunia
Tuhan semua hal yang cewek mau. Cantik, chic, matang, tajir, punya ortu
perhatian banget, punya sahabat yang selalu ngedukung dia, dan punya mantan suami almost-perfect yang bisa
bikin cewek manapun klepek-klepek. Nah, itu dia masalahnya. Dia mendekati
sempurna dan dia harus bercerai dengan suaminya karena
kesempurnaan-kesempurnaan yang menyelimuti mereka. That was what I thought.
Tapi setelah
saya baca buku ini berkali-kali, saya jadi tahu bahwa disinilah letak inti novel ini. Yup. Hidup si Alex ini
sempurna, dan Tuhan membuat hidupnya jadi tidak sempurna karena well, Tuhan
Maha Adil. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan hamba-Nya. Alex nyaris
sempurna, dan dia sedang bersembunyi dari sosok kesempurnaannya itu. Dia menyembunyikan
jiwanya yang fragile dan berusaha
mendoktrin pikirannya sendiri bahwa orang yang ia cintai hanya bisa melukainya
tanpa memberi perasaan bahagia—contented—cinta seperti yang dia mau. Dia takut
dilukai lagi. Karena itu dia berusaha
menutup diri dan membekukan hatinya.
Di sisi lain,
Denny, si teman lama yang kemudian akhirnya menjadi pacar Alex berusaha
mati-matian memenangkan hati Alex, the damaged good. Tidak kurang-kurang dia
tunjukkan perhatian, ketelatenan, kesabaran, dan rasa sayangnya pada Alex.
Beberapa kali dia berhasil membuat Alex jadi swing dari mantan suaminya (meskipun pada akhirnya Alex jadi
teringat lagi). Harus diakui, sikap Denny sama Alex ini mampu bikin semua
Ibu-ibu nangis kalo suatu hari buku ini disinetronin/dijadikan mini drama.
Perjuangannya gigih banget! Padahal si Alex malah lebih sering bengong.
Beno Wicaksono,
the hotshot doctor, the ex husband, the… jerk. At least for Alex, before. Beno adalah sosok yang
dingin dan tidak banyak bicara. Jadi tidak heran juga kalau kesannya dia kurang tanggap sama Alex. Plus, tidak
terlihat pula bahwa dia niat dan ingin balikan sama Alex. Dia baru terlihat serius saat Alex sakit, selebihnya, dia
sama sekali tampak tidak peduli (meskipun mungkin dia nanya-nanya kabar
Alexandra sama Riza, tunangan sahabat Alex yang juga seprofesi dengannya). Saya
sebenernya rada kesel sama karakter satu ini. Ya, Beno dan Alex ini contoh
orang dewasa yang saya nggak nyampe jalan pikirnya. Jelas banget deh mereka itu
masih sama-sama suka tapi mereka terlalu egois dan memenangkan gengsi masing-masing.
Kalo mereka nikah lagi, saya harus katakan saya sangsi sama pernikahan mereka
meskipun ini adalah pernikahan kedua. Bukannya dalam sebuah pernikahan itu
salah satunya harus ada yang bisa ngalah ya? Well, itu sih bukan urusan saya
lagi hehe.
Tiga tokoh yang
digambarkan di atas adalah pemain utama dalam buku ini. Konflik yang dikemas
juga bikin geregetan abis. Baca buku ini tuh bikin nggak sadar waktu, tau-tau
aja udah habhs dan tamat padahal endingnya ngegantung. Meski tiga lakon di atas
yang jadi pemain utama, tapi saya suka banget sama karakter si Wina, sahabat
Alexandra yang super tengil itu. Wina itu sahabat yang super care dan kocak.
Saya gak berhenti ketawa waktu dia ngobrolin tentang teori memancing sama Alex.
“You’re young, you’re beautiful, there are many fish in the sea, Lex. Go fishing!”
Saya langsung
mikir waktu itu: lah ini si Wina gak kebalik? Bukannya men ya yang should go fishing? Terus setelah saya terusin baca
eeeeh ternyata si Alexnadra yang mikirin kata-kata Wina juga punya pendapat
yang sama dengan saya. Wina ngaco tapi konyol dan menghibur!
Harus diakui.
Pada awalnya saya nggak terlalu suka sama novel Indonesia. Entah kenapa. Author
yang saya baca semua karyanya hanya Dewi ‘Dee’ Lestari dan Orizuka. Itupun saya
nggak maksa-maksa banget kalopun nggak bisa beli bukunya. Minjem juga bisa.
Tapi buat Ika Natassa… saya nggak bisa. Saya harus punya semua bukunya. Her books are addicting to the point you can’t not read her book
everyday. Ya, saya baca berkali-kali ini buku-bukunya dan believe me, saya
nggak bosen sama sekali meskipun saya agak risih sama part hedon-nya
tokoh-tokoh di dalemnya. Bahasa yang dia gunakan juga nggak puitis-puitis amat,
tapi justru bikin melt right away waktu baca cara si Riza ngelamar Wina ngaco
itu. There are so many fluffy things/scene here and I do really love it. There
are so many hurtful things, too, here and we called it reality.
Go mbak Ika!
Ditunggu banget nih sequel bukunya! Dan karya-karya amazing lainnya tentu saja :)
Comments
Post a Comment