Review Novel: Divortiare


Title: Divortiare
Author: Ika Natassa [twitter / goodreads]
Language: Bahasa / Indonesian
Excerpt:  
Commitment is a funny thing, you know? It's almost like getting a tattoo. You think and you think and you think and you think before you get one And once you get one, it sticks to you hard and deep.
---



Alexandra Rhea adalah cewek beruntung yang dikarunia Tuhan semua hal yang cewek mau. Cantik, chic, matang, tajir, punya ortu perhatian banget, punya sahabat yang selalu ngedukung dia, dan punya mantan suami almost-perfect yang bisa bikin cewek manapun klepek-klepek. Nah, itu dia masalahnya. Dia mendekati sempurna dan dia harus bercerai dengan suaminya karena kesempurnaan-kesempurnaan yang menyelimuti mereka. That was what I thought.

Tapi setelah saya baca buku ini berkali-kali, saya jadi tahu bahwa disinilah letak inti novel ini. Yup. Hidup si Alex ini sempurna, dan Tuhan membuat hidupnya jadi tidak sempurna karena well, Tuhan Maha Adil. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan hamba-Nya. Alex nyaris sempurna, dan dia sedang bersembunyi dari sosok kesempurnaannya itu. Dia menyembunyikan jiwanya yang fragile dan berusaha mendoktrin pikirannya sendiri bahwa orang yang ia cintai hanya bisa melukainya tanpa memberi perasaan bahagia—contented—cinta seperti yang dia mau. Dia takut dilukai lagi. Karena itu dia berusaha menutup diri dan membekukan hatinya.

Di sisi lain, Denny, si teman lama yang kemudian akhirnya menjadi pacar Alex berusaha mati-matian memenangkan hati Alex, the damaged good. Tidak kurang-kurang dia tunjukkan perhatian, ketelatenan, kesabaran, dan rasa sayangnya pada Alex. Beberapa kali dia berhasil membuat Alex jadi swing dari mantan suaminya (meskipun pada akhirnya Alex jadi teringat lagi). Harus diakui, sikap Denny sama Alex ini mampu bikin semua Ibu-ibu nangis kalo suatu hari buku ini disinetronin/dijadikan mini drama. Perjuangannya gigih banget! Padahal si Alex malah lebih sering bengong.

Beno Wicaksono, the hotshot doctor, the ex husband, the… jerk. At least for Alex, before. Beno adalah sosok yang dingin dan tidak banyak bicara. Jadi tidak heran juga kalau kesannya dia kurang tanggap sama Alex. Plus, tidak terlihat pula bahwa dia niat dan ingin balikan sama Alex. Dia baru terlihat serius saat Alex sakit, selebihnya, dia sama sekali tampak tidak peduli (meskipun mungkin dia nanya-nanya kabar Alexandra sama Riza, tunangan sahabat Alex yang juga seprofesi dengannya). Saya sebenernya rada kesel sama karakter satu ini. Ya, Beno dan Alex ini contoh orang dewasa yang saya nggak nyampe jalan pikirnya. Jelas banget deh mereka itu masih sama-sama suka tapi mereka terlalu egois dan memenangkan gengsi masing-masing. Kalo mereka nikah lagi, saya harus katakan saya sangsi sama pernikahan mereka meskipun ini adalah pernikahan kedua. Bukannya dalam sebuah pernikahan itu salah satunya harus ada yang bisa ngalah ya? Well, itu sih bukan urusan saya lagi hehe.

Tiga tokoh yang digambarkan di atas adalah pemain utama dalam buku ini. Konflik yang dikemas juga bikin geregetan abis. Baca buku ini tuh bikin nggak sadar waktu, tau-tau aja udah habhs dan tamat padahal endingnya ngegantung. Meski tiga lakon di atas yang jadi pemain utama, tapi saya suka banget sama karakter si Wina, sahabat Alexandra yang super tengil itu. Wina itu sahabat yang super care dan kocak. Saya gak berhenti ketawa waktu dia ngobrolin tentang teori memancing sama Alex.
“You’re young, you’re beautiful, there are many fish in the sea, Lex. Go fishing!”
Saya langsung mikir waktu itu: lah ini si Wina gak kebalik? Bukannya men ya yang should go fishing? Terus setelah saya terusin baca eeeeh ternyata si Alexnadra yang mikirin kata-kata Wina juga punya pendapat yang sama dengan saya. Wina ngaco tapi konyol dan menghibur!

Harus diakui. Pada awalnya saya nggak terlalu suka sama novel Indonesia. Entah kenapa. Author yang saya baca semua karyanya hanya Dewi ‘Dee’ Lestari dan Orizuka. Itupun saya nggak maksa-maksa banget kalopun nggak bisa beli bukunya. Minjem juga bisa. Tapi buat Ika Natassa… saya nggak bisa. Saya harus punya semua bukunya. Her books are addicting to the point you can’t not read her book everyday. Ya, saya baca berkali-kali ini buku-bukunya dan believe me, saya nggak bosen sama sekali meskipun saya agak risih sama part hedon-nya tokoh-tokoh di dalemnya. Bahasa yang dia gunakan juga nggak puitis-puitis amat, tapi justru bikin melt right away waktu baca cara si Riza ngelamar Wina ngaco itu. There are so many fluffy things/scene here and I do really love it. There are so many hurtful things, too, here and we called it reality.

Go mbak Ika! Ditunggu banget nih sequel bukunya! Dan karya-karya amazing lainnya tentu saja :)

Comments

Popular Posts