Reply 1994 Craze!
![]() |
official poster |
![]() |
penghuni kos-kosan ShinChon |
Kalau sebelumnya gue memposting tentang I Hear Your Voice yang bikin gue tergila-gila, sekarang gue mau menggila tentang drama Korea lain yang baru semalem tamat gue tonton: Reply 1994 (wikipedia / netizenbuzz) MY GOD SO MUCH FEELS IN ONE DRAMA I JUST CANNOT!!
Banyak yang bilang Reply 1997 lebih bagus daripada 1994, tapi gue... malah lebih suka yang 1994. Hahahaha! I blame my hopeless-romantic-self. Emang susah sih ya 'menaklukkan'edisi pertama. I mean, sekuel emang selalu dibandingkan dengan versi sebelumnya (1994 adalah sekuel dari 1997 meskipun emang tahun dan kejadiannya lebih lawas 1994). Lagian 1997 dan 1994 punya cerita yang berbeda. 1997 lebih berkesan 'teenager' sementara 1994 lebih mature meskipun dua-duanya sama-sama membumi.
Kalau 1997 berkisah tentang Shiwon yang ngefans, tercinta-cinta sampai gila sama boyband HOT, kalau 1994 berkisah tentang Najung yang ngefans gilak sama Lee Sangmin, basketball player. Meski begitu, di 1994 nggak terlalu banyak diceritakan sampai the entire drama betapa Najung menggilai Sangmin kayak Shiwon terhadap HOT di 1997. Di 1994 lebih ke event-event yang terjadi sepanjang tahun 1994, orang-orangnya, dan betapa kehidupan seseorang yang datang dari pelosok ke kota besar itu... penuh dengan memori yang sulit untuk dilupakan.
Dari situ aja gue udah bisa paham banget gimana rasanya.
Gue sebagai anak desa yang merantau ke kota, bisa ngerti gimana rasanya hidup numpang di rumah orang. Ngerti gimana rasanya kangen hometown, terutama rumah. Ngerti gimana rasanya terharu waktu tahu nyokap-bokap rela makan gak enak demi anak-anaknya yang di rantau ini bisa makan enak. Ngerti gimana rasanya dikirimin berbagai makanan khas dari rumah. Ngerti gimana rasanya nyamannya tinggal di kos ketika males banget dengan suasana rumah. Ngerti gimana susahnya beradaptasi dengan lingkungan yang 'aneh' di kota besar. Ngerti gimana rasanya dianggap remeh karena datang dari desa... alah pokoknya ngerti bangeeeet! Makanya gue suka banget sama drama ini. :))
anak-anak kos ShinChon Boarding House |
Sukanya lagi dari serial Reply ini, drama-nya bener-bener membumi banget. Dari adegan mandi, tidur, bahkan pertengkaran antar temen pun nggak terkesan dibuat-buat. Nggak sok ancem sambil seret tangan, atau sambil pegang kerah lawan kayak drama lebay lainnya
Scene favorit di drama ini? Banyak! Banget! Scene favorit yang bikin nangis itu waktu Yoonjin mau ketemu Ibunya yang bisu di terminal. Pas ketemu.. ternyata udah ada Samchonpo yang nemenin ibunya. Hinggg itu langsung deh nangis termehek-mehek pas nonton. Atau ketika Sung Dongil dateng ke pemakaman temennya. Atau pas Trash lagi 'latihan' buat ngasih kabar sama dua anak yang ibunya sakit kanker. Aaaaa dokter macam apa kok keren banget gini huhuhuhuhu T_T
Scene yang bikin senyam-senyum geje... yang pertama gue inget itu scene ketika Chilbong ngelihat Najung dateng ke stadion. Dia ngangkat topi dan senyum ke arah Najung, dan ketika pertandingan berakhir, dia kasih bola baseball ke Najung. Aaaaaa! That was so freaking sweet I can't get it out of my mind! Scene lain yang bikin senyam-senyum itu pas Trash kelihatan ganteng banget ngajak Najung buat ngedate. Atau ketika Najung buka tangan lebar-lebar siap dipeluk Trash, eee tapi si Trash malah mencium dia. Atau ketika Trash melamar Najung dengan ekspresinya yang uwuwuwuuuuu T_T
Gue naksir sama Trash sejak dia pertama kali muncul di drama ini. Dependable brother yang jahil setengah mati. Belum lagi sama betapa mature cara berpikirnya dia. Jadi inget sama Will Cooper di series Slammed yang ditulis Colleen Hoover. #hardcore
Banyak yang bilang Reply 1997 lebih bagus daripada 1994. Gue rasa... bagi yang ngerti gimana rasanya ngekos, mungkin mereka akan memilih 1994. But well, gue suka dua-duanya daripada drama makjang yang isinya gitu-gitu aja. Membumi banget dan sederhana! Tapi buat mereka yang nggak ngerti gimana rasanya jadi fans, mungkin mereka juga nggak akan bisa mengerti betapa bagusnya Reply 1997.
I cant wait to watch another 90ers stories! <3
Comments
Post a Comment