Another Number




"Time is a taken-for-granted present."

Another year spent. Another chance passed.
Doesn't it scare you just how fast time can fly?

...and doesn't it scare you how greedy we become day by day?

Or maybe it's just me.

Beberapa waktu lalu nemu gambar-gambar di atas berseliweran di timeline instagram dan facebook. Dan kalau dipikir-pikir, memang rasanya semakin bertambah tua diriku, semakin serakah rasanya diri ini. Mungkin karena aku sendiri terlalu sibuk melihat ke 'atas' sampai-sampai lupa menengok mereka yang di 'bawah'. Ada temen liburan ke luar negeri, ada yang dapet beasiswa kuliah di luar negeri, ada yang sukses dengan usahanya, ada yang udah menikah, ada yang udah punya anak, ada yang udah bisa beli rumah, ada yang sering seliweran di resto mahal, ada yang punya mobil, ada yang belanja sesantainya tanpa harus bingung berapa yang tersisa di rekening, ada yang ini dan itu. Wah, rasanya kurang bersyukur banget lah hidupku ini.

Apalagi kepo instagram ya, lagi happening banget liburan ke Iceland yang super kece warbiyasak itu. Beeeuuuhhhh. Udah lah, rasa pengennya menggebu-gebu menginjakkan kaki di tanahnya Sigur Ros itu. Yang padangnya luaaaaas banget. Yang air terjunnya maasyaa Allah keren banget, pake ada pelanginya segala. Yang black sand beach-nya kayak tak terhingga sejauh mata memandang. Yang hujannya rintik-rintik bikin adem. Yang fog-nya kayak nggak mau ilang. Pokoknya kalo liat Iceland itu rasanya udah kayak rela ngesot ke sana, karena saking bagusnya alamnya. Dua rius, alamnya indah banget. Apalagi kalo sering kepo foto-foto dan video fotografer yang pada ngeshoot di Iceland. Makin pengen ngesot dah. Hahaha.

Salah catu cara untuk lebih banyak bersyukur, seperti nasihat yang diberikan oleh teman-teman, adalah dengan terjun langsung ke bawah membantu banyak orang. Jadi bisa dipahami juga kalau Angelina Jolie sampai nggak tega makan karena merasa hidupnya terlalu enak dibanding anak-anak di Afrika sana, karena dia sering banget volunteering, ikut kegiatan sosial dan terjun langsung ke area serba berkekurangan seperti itu. Cara lainnya, adalah dengan berpakaian seadanya. Coba lihat deh si CEO Facebook, Mark Zuckerberg. Gaya berpakaiannya biasa aja dan itu ituuuuu aja, kayak nggak punya baju banyak. Tapi dia sampai rela loh mendonasikan profit perusahaan dan hartanya sampai 90%. Nggak dibayangkan berapa duit yang dia 'buang' untuk orang lain. Ya, yang pakai baju bagus dan punya banyak baju juga banyak sih yang sering donasi dan beramal, tapi aku pernah baca di salah satu artikel, bahwa pakaian yang sederhana dan nyaman akan membuat kita jadi lebih humble. Nasihat ini sih, kayaknya bakal ditangisin sama Coco Chanel dan Yves Saint Laurent, ya. Tapi rasanya perlu banget untuk dicoba.

Cara lainnya yaitu dengan semakin mendekatkan diri pada Allah. Bukan sok alim, tapi nyatanya temen-temenku yang makin taqwa, sekarang jauuuuuuhhhh jadi lebih tenang hidupnya. Lebih ikhlas. Lebih ayem. Lebih damai dengan keluarga dan rekan, bahkan dengan orang tak dikenal sekalipun. Meski mereka punya kekhawatiran hidup, tapi mereka menjalaninya dengan lebih kalem. Nggak kayak aku yang masih emosional, sering ngambek, ambisius tapi nggak tau harus gimana, terus kemudian jadi nyalahin keadaan. Aduh pokoknya nggak ada oke-okenya hidup ini, ada aja yang dikeluhin. Seperti beberapa waktu yang lalu, aku bertemu dengan khadimat yang sekarang sudah bekerja di Malaysia. Beliau bilang, "wis enak saiki aku, nduk, tanggungan anak wis mari, saiki kerjo niate nabung ben iso nang Baitullah. Dungakno yo, nduk. (sudah enak hidupku, nduk, tanggungan (biaya) anak sudah selesai, sekarang niat bekerja hanya supaya bisa ke Baitullah. Doakan ya, nduk.)" . Mau dibawa ke mana perasaanku ini, seperti dihempas-hempas dan ditusuk-tusuk. Nah aku sendiri kerja nggak ada motivasi sampai ke situ, hanya untuk sekedar bertahan hidup, nggak diomelin orang tua, nggak dirasani tetangga, dan cukup lah kalau pengen liburan tipis-tipis. Atau apa lah, biar bisa nabung dan liburan ke Iceland (meski rasanya itu masih jauuuuuh banget di angan-angan). Apalagi usiaku bukan lagi usia remaja galau, sudah waktunya revolusi mental dan berubah menjadi lebih baik. Sudah waktunya malu melihat adek-adek kita semangat belajar mengaji, jangan mau kalah dengan mereka.

Aku bukan tipikal orang yang sering menyesal dengan apa yang terjadi. Dari semua kesalahan-kesalahan yang aku perbuat 24 tahun ini, nggak heran aku jadi orang yang seperti sekarang ini, karena aku sendiri yang membentuk diriku menjadi seperti saat ini. Aku mau, di usia 25 (insyaa Allah jika Allah berkenan memberi umur panjang) nanti, aku mau jadi pribadi yang lebih bertaqwa. Kalau udah bertaqwa, insyaa Allah jadi lebih humble, lebih sering husnudzon, lebih bisa menjaga lisan, lebih sederhana, dan lebih bisa menghargai orang lain.

Mohon doanya, ya, teman-teman. Insyaa Allah kita semua akan menjadi manusia-manusia yang diangkat derajatnya di hadapan Allah. :)

Comments

Popular Posts