Bukan Sedang Mengeluh



Bismillah,

Assalamu'alaikum. Halo teman-teman, apa kabar?

Dulu aku lulus kuliah lebih cepat daripada teman-temanku. Ya wajarlah, ya. Namanya juga D1. Otomatis akupun kerja lebih cepat dibanding teman-teman lainnya. Ketika teman-temanku pusing dengan tugas, praktikum, skripsi, dll—aku udah merasakan dimarahin bos, misscomunication dengan teman kantor, lembur tapi ternyata tetap nggak capai target, bahkan pernah dipecat (that's truly my fault karena nggak ngerjakan deadline dengan benar).

Aku juga merasakan punya uang sendiri, jajan sendiri, jalan-jalan sendiri tanpa minta uang orangtua. Pokoknya masa-masa itu aku songong banget. Merasa di atas angin. Aku bekerja di beberapa tempat, berganti profesi dan kantor sampai Ibuku bilang, "just stick to one!" mungkin karena dongkol melihat anaknya kok kutu loncat banget. Kupikir, ya emang kenapa kan lagi masa percobaan dan cari yang cocok?

Lalu aku akhirnya belajar bahwa kita nggak akan 100% cocok dengan tempat kerja kita—atau dengan siapapun. Pastiiii aja ada miss. Pastiiii aja ada yang bikin kesal, jengkel, emosi, pengin kabur, dst. Dari sini aku belajar kalau manajemen konflikku ternyata kurang bagus.

Aku ini hobi baca. Dan kulineran. Dulu untuk menyokong hobiku ini, aku sering banget nyisihin gaji khusus buat beli buku, buat jajan, atau jalan-jalan (walaupun ya nggak jauh-jauh amat).

Dan sekarang, setelah aku menganggur lama, aku menyadari ternyata manajemen keuanganku payah banget.

Ponsel yang kupakai sekarang ini adalah ponsel bekas yang dibeli Bapak untuk adikku. Terus adikku menang giveaway dapat smartphone yang lebih bagus, otomatis ponsel itu diberikan untukku (karena kebetulan ponsel sekaligus nomor yang kupakai juga sudah mati total tak berdaya). 

Ponsel yang kupakai sekarang ini memorinya kecil. RAM-nya juga 1GB alias nggak banyak aplikasi yang bisa aku pertahankan di ponsel ini selain yang penting (whatsapp untuk komunikasi, email untuk ngecek loker, docs untuk nyatet, dan youtube buat belajar). Ada dua aplikasi lagi yang aku pertahankan agar aku bisa tetap melakukan hobi membacaku: iPusnas dan eReader.

Aku bersyukur banget pemerintahan Pak Jokowi ini menyediakan iPusnas yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja (walaupun harus sabar mengantri buku bacaan yang populer) secara gratis. Cuma modal internet untuk mengoperasikan aplikasi.

Dari kejadian ini aku belajar the hard way. Bahwa dunia ini bener-bener berputar. Ada kalanya kamu di atas, ada kalanya kamu di bawah.

Dulu, saat aku kuliah, aku dan teman-teman sekosku pernah ngobrol bareng. Salah satunya adalah rencana kami menikah. Banyak dari kami ingin menikah muda. Termasuk aku. Sekarang, sebagian besar dari mereka sudah menikah. Bahkan ada yang anaknya udah masuk usia SD. Sementara aku....

Dulu, aku banyak bersenang-senang ketika teman-temanku sedang bersusah payah belajar. Sekarang, beberapa dari mereka sudah benar-benar mandiri dan menikmati kerja keras mereka belajar dan bekerja. Sementara aku....

Oh, nggak. Ini aku nggak sedang mengeluh. Aku bener-bener ikut seneng dan bahagia melihat temen-temenku bahagia. Aku sama sekali nggak ingin mereka kehilangan semua yang mereka miliki itu. Serius.

Tulisan ini hanyalah pelajaran, terutama untuk diriku sendiri. Bahwa dunia ini berputar. Maka sudah seharusnya kita nggak menyombongkan diri.

Dan dari sini aku belajar, untuk memperbaiki diri. Terus memperbaiki diri. Karena memang tugas manusia ya.... ngapain sih kalau bukan belajar dan beramal? Sometimes you're doing good, sometimes you're doing worse. That's fine. 

Just. Never give up.

Sampai ketemu di cerita-cerita lainnya. :)

Comments

Popular Posts